Lilypie Expecting a baby Ticker

Thursday, April 26, 2007

Ayat-Ayat Cinta



Habiburrahman El Shirazy
Republika

Saya lebih dulu membaca Ketika Cinta Bertasbih sebelum Ayat-Ayat Cinta. Waktu pertama kali membelinya, dan membaca cerita di awalnya, saya sempat menaruhnya kembali di dalam rak, untuk dibaca kapan-kapan, kalau tidak ada bacaan lain. Lalu saya mulai membaca karangan Kang Abik dari Cleopatra, itu pun karena ceritanya mirip dengan kisah yg real dialami teman saya. Barulah saya pikir, "Oh, saya tahu kenapa ini bisa dibilang fenomenal". Ya jarang ada pengarang Indonesia yg mengarang cerita Islami, memiliki pemahaman akan bahasa Arab yg baik, tentang adab-adab pergaulan dalam Islam, tentang hukum-hukum Islam secara umum, maupun lebih khusus. Banyak cerita Islami yg beredar, hanya mengetengahkan tentang budi baik, tanpa menggali lebih dalam tentang Islam itu sendiri. Islam yg diceritakan hanya sebatas ibadah harian, sholat, puasa, tidak pacaran, tapi belum menyentuh tentang menghapalkan Qur'an, talaaqi qiro'ati, memahami hadits, dan yg terpenting menjalankan apa yg mereka hapal, mereka pelajari, dan mereka resapi.

Andaikata lebih banyak lagi orang menulis dengan pengetahuan yg lebih dalam tentang Islam itu sendiri, yg bisa menggali semuanya, tidak hanya kulitnya saja, saya rasa bisa menggerakkan orang untuk bergaul dengan lebih syar'i, berpakaian sesuai tuntunan illahi, dan berperangai luhur bukan karena riya, tapi lebih karena memahami ajaran agamanya.

To Kill A Mockingbird



Harper Lee

Qanita

To Kill a Mockingbird karya Harper Lee telah memenangkan Pulitzer pada 1961 dan terus menjadi novel best-seller hingga kini. Novel tentang kasih sayang dan prasangka.

Saya baru sekali ini membaca buku dengan genre seperti To Kill A Mockingbird. Setting ceritanya begitu jauh di masa lampau, bahkan ayah saya pun belum lahir, tahun 1935! Bercerita tentang keluarta Atticus, dari "keluarga besar Finch", seorang pengacara di kota kecil Mycomb. Pencerita dalam buku ini adalah si kecil Scout, anak perempuan Atticus yg berumur 9 tahun. (Saya sempat mengira dia seorang anak laki-laki, karena namanya, tapi nama lengkapnya Jean Louise Finch).

Cerita mengalir mulai dari kehidupan Scout bersama kakaknya, Jem (Jeremy Atticus Finch), dan teman dekat mereka yg hanya berkunjung pada musim panas, Dill (Charles Baker Harris). Kenakalan anak-anak karena rasa ingin tahu tak berbatas aturan dan etika, dan pergaulan mereka dengan para tetangga (yg terfavorit sepertinya Miss Maudie, dan Mr Arthur "Bob" Radley).

Mereka belajar tentang hidup dari kehidupan itu sendiri. Mereka belajar bahwa prasangka dapat mengalahkan akal sehat, bahwa apa yg berlaku umum dapat dijadikan hukum yg rigid dan tidak selalu membela yg benar, bahwa kasih sayanglah yg telah mempersatukan mereka sebagai satu keluarga yg bahagia.

Atticus dalam pandangan Scout kecil adalah ayah yg terhebat. Dan dia mengetahuinya tidak dari mulut sang ayah sendiri (karena menurut sang ayah kehebatan bukan untuk dipamerkan, dan dapat menjadi senjata pembunuh), tapi dari apa yg dituturkan masyarakat sekitar. Masyarakat yg aneh, dalam pandangan Scout.

Keluarga Atticus mendapat cobaan begitu berat ketika harus membela seorang Tom, pria cacat berkulit hitam, yg kalau digosok bersih akan terlihat lebih menawan, seorang bapak tiga anak, suami dari Helen, yg akhirnya divonis bersalah atas apa yg tidak dia lakukan, dan yg akhirnya belum sempat merasakan sidang bandingnya karena keburu ditembak mati ketika dikatakan akan melarikan diri dari penjara Mycomb. Scout dan Jem sendiri hampir mati dibunuh oleh orang yg telah membunuh Tom secara tidak langsung, namun selamat dengan sedikit cacat di tangan kanan Jem, karena pertolongan orang yg begitu ingin mereka temui, Boo Radley.

Kadang kita bisa terkekeh geli karena cerita keseharian anak-anak itu yg lucu...




Ketika Cinta Bertasbih




Habiburrahman El Shirazy

Republika



Kali ini saya menulis reviewnya setelah saya membaca selesai Ayat-Ayat Cinta.
Kalau sudah pernah baca Ayat-Ayat Cinta, menurut saya cerita dalam buku ini relatif mirip dengan Ayat-Ayat Cinta. Cerita tentang pencarian cinta sejati, cinta yg syar'i, tentang perjalanan hidup pemuda yg berjalan dengan lurus, berkutat dengan ilmu agamanya, dan mengamalkannya, tidak hanya sekedar menuntut ilmunya saja.

Yang menarik perhatian saya, adalah bahwa dalam Ayat-Ayat Cinta, Kang Abik pernah memasukkan salah satu tokoh penjual tempe, dengan deskripsi yg sama dengan deskripsi Azzam dalam Ketika Cinta Bertasbih. Kemudian saya mulai berpikir, mungkin ketika dia membuat beberapa buku lagi, saya akan mendapati "rasanya saya kenal tokoh lain seperti ini di Ayat-Ayat Cinta"...

Memang dalam mengungkapkan perasaan cinta tak berbalas dari seorang wanita, agak terkesan vulgar, berani sekali. Walaupun dalam kehidupan jaman sekarang, kalaulah bukan mahasiswi Al Azhar Cairo, saya yakin perempuan-perempuan muda jaman ini berani menulis lebih vulgar dari itu.

Menurut saya, buku ini baik untuk membangun tendensi pergaulan positif. Andaikan banyak penulis buku yg menggambarkan indahnya cinta antar manusia dalam batasan yg syar'i, mungkin tidak akan saya dapati seorang anak SMP yg sedang membicarakan betapa dia cinta cowoknya, sering berantem dengan pacarnya, rebutan pacar dengan temannya, dan topik-topik ala sinetron dan chicklit roman sejenis.

Lalu saya mengingat Montinggo Busye (Alm) dalam novelnya, Fatimah Chen Chen...